Semenjak pertama kali manusia diturunkan ke muka bumi, ia berkeyakinan bahwa bumi—di mana ia tinggal di atas permukaannya—tidak bergerak atau stabil. Menurut dugaan mereka, benda langit yang bergerak adalah matahari, di mana gerakannya menyebabkan terjadinya malam dan siang dan pergantian antara keduanya.
Selanjutnya, dengan kemajuan sains dan teknologi, para ilmuwan melalui bantuan satelit-satelit buatannya yang dilengkapi alat pemotret dapat mengetahui posisi bumi yang sebenarnya dalam sistem tata surya.
Selanjutnya, dengan kemajuan sains dan teknologi, para ilmuwan melalui bantuan satelit-satelit buatannya yang dilengkapi alat pemotret dapat mengetahui posisi bumi yang sebenarnya dalam sistem tata surya.
Berdasarkan gambar yang diambil, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa anggota tata surya seluruhnya bergerak secara terus-menerus. Matahari bergerak berdasarkan orbitnya dalam gugusan bima sakti. Planet-planet bergerak mengelilingi matahari sesuai dengan orbitnya, disamping berputar secara sendiri-sendiri.
Bumi sebagai salah satu planet yang berada dalam gugusan bintang matahari, ikut bergerak mengelilingi matahari yang menghabiskan waktu selama setahun, dan menyebabkan peristiwa perubahan musim yang empat; musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur. Sebagaimana ia berputar dengan sendirinya yang menyebabkan terjadinya malam dan siang.
Gerakan bumi dan planet-planet yang lain, baik dalam garis edarnya sendiri atau dalam mengelili bintang yang lebih besar darinya tunduk pada hukum alamiah (baca: sunatullah) tertentu yang tidak mungkin terjadi karena suatu kebetulan. Semua benda langit saling terkait dengan benda langit yang lainnya karena adanya gaya gravitasi yang dimilikinya dan daya elektrik-magnetik yang melingkupinya.
Al-Qur’an secara menakjubkan telah mengisyaratkan gerakan bumi ini dalam berbagai ayatnya, salah satunya adalah ayat 88 surah An-Naml. Allah SWT berfirman: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.”
Ayat di atas menunjukkan kepada persepsi keliru yang dianut sebagian orang yang berpendapat bahwa gunung-gunung itu diam dan tak bergerak. Dalam ayat ini, bahkan Allah SWT menegaskan bahwa gunung-gunung yang ada di muka bumi ini, seluruhnya bergerak dengan gerakan seperi gerakannya awan. Perumpamaan gerakan gunung dengan gerakan awan, dalam ayat di atas memiliki pengertian bahwa gerakan gunung tidak terjadi karena dirinya sendiri, tetapi ia bergerak karena ada yang menggerakannya, sebagaimana udara menggerakkan awan.
Bumilah yang telah bergerak, sehingga gunung-gunung yang ditancapkan di atasnya turut bergerak. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Qur’an dalam surah Yasin, ayat 40. Allah SWT berfirman:
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Ayat di atas, menunjukkan bahwa malam tidak akan dapat mendahului siang. Sedangkan orang Arab pada waktu Al-Qur’an diturunkan mengatakan bahwa siang tidak akan dapat mendahului malam.
Dalam ayat ini, Allah SWT tidak menafikan perkataan mereka, namun melengkapinya dengan menegaskan bahwa malam pun tidak dapat mendahului siang. Karenanya, maksud dari ayat itu, berarti terjadinya malam dan siang pada waktu yang bersamaan di atas permukaan bumi. Di mana hal ini tidak mungkin terjadi, kecuali jika bumi bergerak dan berputar. Disebabkan perputaran ini, terjadi pergantian malam dan siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar