Senin, 26 Agustus 2013

Serba-serbi Insomnia

Istilah insomnia sering kita dengar, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Namun apakah sudah benar-benar dipahami. Lalu apa sebenarnya insomnia itu?
“Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur dan merupakan gangguan tidur yang paling banyak dialami manusia,” ujar  dr. Andri, Sp. KJ, psikiater di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang. Ia menambahkan, penelitian terbaru menunjukkan 30-45% orang dewasa di seluruh dunia mengalami insomnia. Sementara sumber lain memperkirakan ada 28 juta penderita insomnia di Indonesia.


Ada dua jenis insomnia yang biasa ditemui yaitu transient insomnia (insomnia sesaat) dan persistent insomnia (insomnia menetap). Insomnia sesaat biasanya disebabkan karena rasa kehilangan, rasa berduka, perubahan kehidupan dan stres fisik maupun mental. Menurut Andri, kondisi seperti ini biasanya tidak berbahaya.
Sedangkan ciri insomnia menetap biasanya ditandai dengan kesulitan memulai tidur yang umumnya disebabkan kecemasan atau ketegangan somatik/fisik. Pikiran yang terus berkecamuk menjelang tidur menjadi pemicu timbulnya kondisi ini. “Insomnia jenis ini biasanya terjadi jika terdapat masalah di kantor atau di rumah yang menimbulkan stres,” kata Andri. Meski demikian, sebagian penderita insomnia ini bisa sembuh dengan jalan menikmati liburan.
Gejala gangguan tidur ini mudah dikenali. Apabila seseorang sulit untuk mulai tidur atau sulit untuk mempertahankan tidur, bisa jadi ia menderita insomnia. Kesulitan memulai tidur dapat disebabkan kondisi medis (rasa nyeri atau tidak nyaman yang ditimbulkan oleh sakit, adanya luka di sistem saraf pusat otak seperti pada pasien stroke) atau karena gangguan kejiwaan atau lingkungan (gangguan kecemasan, perubahan lingkungan, tekanan ketika akan menghadapi suatu peristiwa penting seperti akan menghadapi ujian).
Penderita insomnia yang sulit mempertahankan tidurnya juga bisa disebabkan oleh kondisi medis seperti sindrom henti napas saat tidur (sleep apnea), ada penyakit infeksi, rasa nyeri dan tidak nyaman karena penyakit, serta konsumsi alkohol yang berlebihan. Sementara depresi, skizofrenia, gangguan stres pasca trauma, gangguan siklus sirkadian, dan perubahan lingkungan merupakan kondisi kejiwaan dan lingkungan yang menyebabkan penderita insomnia sulit mempertahankan tidurnya.
Agar terhindar dari insomnia, ada langkah sederhana yang bisa dilakukan. “Biasakan diri untuk tidur pada jam yang sama setiap malam,” saran Andri. Ini penting untuk menjaga jam biologis tubuh tetap teratur. Sebab jam biologis tubuh selalu beradaptasi terhadap kebiasaan tidur seseorang. Sehingga jika seseorang yang biasa tidur jam 9 malam mengubah waktu tidurnya ke jam 12 malam, maka jam biologisnya akan ikut menyesuaikan dan ia tidak akan mengantuk pada jam 9 malam seperti sebelumnya.
Sementara para penderita insomnia dapat mengatasinya dengan menjaga kesehatan tidur dengan menjaga kebersihan tempat tidur, tidak melakukan aktivitas berat sebelum tidur, memakai pakaian yang cukup longgar dan nyaman dipakai, dan meredupkan atau mematikan lampu kamar saat akan tidur. Penggunaan obat pun bisa menjadi salah satu opsi yang bisa diambil. “Asalkan dilakukan dengan kondisi yang ditetapkan oleh dokter,” ujar Andri.
source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar